Contoh Limbah B3 Industri Tekstil

Contoh Limbah B3 Industri Tekstil

Simbol Berbahaya (Harmful)

Terakhir, simbol Berbahaya (Harmful) menunjukkan bahwa limbah tersebut memiliki sifat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan serta memerlukan penanganan khusus agar tidak menimbulkan bahaya yang serius.

Baca Juga: Gas Rumah Kaca: Contoh, Dampak, Penyebab, dan Solusinya

Berikut ini adalah beberapa contoh limbah B3 yang umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Baterai bekas dari ponsel, laptop, atau perangkat elektronik lainnya mengandung logam berat seperti timbal, merkuri, dan kadmium yang dapat mencemari tanah dan air jika dibuang sembarangan.

Lampu neon bekas mengandung merkuri yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan apabila melakukan pembuangan secara sembarangan.

Cat bekas mengandung senyawa kimia seperti timbal, arsenik, dan formaldehida yang dapat mencemari lingkungan jika dibuang sembarangan.

Limbah B3 Kadaluarsa

Kategori ini berlaku untuk limbah yang sudah melewati masa berlakunya dan tidak dapat digunakan lagi. Beberapa contoh limbah kadaluarsa adalah baterai bekas, lampu neon bekas, produk pestisida kadaluarsa, dan sebagainya.

Limbah jenis ini memiliki karakteristik dan kandungan bahan kimia yang tidak dapat digunakan lagi, sehingga pengolahannya memerlukan metode khusus untuk menghilangkan bahayanya.

Baca Juga: Mengenal Bioremediasi dan Manfaatnya Bagi Lingkungan

Simbol limbah B3 adalah salah satu bentuk tanda atau label yang digunakan untuk memberikan informasi tentang jenis dan sifat bahaya limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Limbah B3 Sumber Tidak Spesifik

Limbah B3 sumber tidak spesifik adalah limbah yang berasal dari sumber yang proses identifikasinya tidak dapat terlihat secara spesifik sebagai penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun.

Beberapa contoh jenis limbah sumber tidak spesifik adalah limbah hasil produksi pabrik, hasil pertanian, hasil rumah tangga, dan sebagainya. Biasanya, kategori ini memerlukan pengujian laboratorium untuk menentukan jenis dan tingkat keberbahayaannya.

Limbah B3 Spesifik Umum

Kategori limbah ini berasal dari sumber yang identifikasinya bisa terlihat secara spesifik sebagai penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun, namun jenis limbahnya bersifat umum.

Limbah dari pabrik tekstil, limbah dari pabrik farmasi, limbah dari toko baterai adalah beberapa contohnya. Limbah jenis ini memiliki karakteristik dan kandungan bahan kimia yang umum, sehingga pengolahannya bisa dilakukan dengan metode-metode umum.

Simbol Bahaya Lain Berupa Gas

Selain itu, simbol Bahaya Lain Berupa Gas menunjukkan bahwa limbah tersebut dapat mengeluarkan gas berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Reaktif (reaktivitas)

Umumnya, limbah ini mengandung bahan kimia yang dapat bereaksi dengan bahan lain secara tidak terduga, sehingga menyebabkan ledakan atau pelepasan gas berbahaya.

Dapat mengandung mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran penyakit dan kerusakan lingkungan.

Bersifat merusak dan mengikis bahan yang terkena jika bersentuhan langsung dengan kulit atau bahan lainnya. Bahan kimia yang korosif dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.

Karakteristik utama limbah B3 adalah sifatnya yang beracun. Sifat ini bisa mengakibatkan keracunan jika terpapar dalam jumlah yang cukup tinggi. Selain itu, limbah beracun juga dapat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem.

Karakteristik limbah ini membuatnya sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, limbah B3 harus ditangani dengan sangat hati-hati dan diolah dengan cara yang aman agar tidak menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan lingkungan.

Dampak Limbah B3 bagi Kesehatan dan Lingkungan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika limbah ini memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.

Dampak limbah B3 bagi kesehatan dan lingkungan adalah sebagai berikut:

Simbol Berbahaya Bagi Lingkungan

Kemudian, simbol Berbahaya Bagi Lingkungan menunjukkan bahwa limbah tersebut dapat membahayakan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

Sementara itu, simbol Korosif menunjukkan bahwa limbah tersebut memiliki sifat korosif yang dapat merusak bahan atau permukaan yang bersentuhan dengan limbah tersebut.

Di sisi lain, simbol Beracun menunjukkan bahwa limbah tersebut mengandung zat beracun yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Kelola Limbah B3 Secara Profesional Bersama Wastec International

Wastec International melayani pengelolaan limbah B3 dari berbagai industri dan menyediakan jasa pengangkutan, pengolahan dan pengumpulan untuk berbagai limbah B3 industri dan dapat mengolah hampir semua fase jenis limbah, mulai dari fase solid, liquid, dan sludge.

Wastec International berpengalaman lebih dari 15 tahun dalam bidang penyedia jasa pengolahan limbah B3 di Indonesia dan telah melayani ribuan perusahaan multinasional, korporasi, pemerintahan, hingga layanan kesehatan. Dengan fasilitas pengolahan limbah yang lengkap, Wastec International membantu mewujudkan Indonesia yang bersih dan sehat.

Pemanfaatan Limbah Industri Tekstil

Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.  Limbah-limbah yang dihasilkan suatu industri tekstil ini akan dialirkan ke kolam-kolam penampungan dan selanjutnya dibuang ke sungai. Untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan, maka suatu industri tekstil harus memenuhi baku mutu air limbah sesuai dengan  PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .

Tabel 1. Permen LH No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil

Beban pencemaran paling tinggi

Debit Limbah paling tinggi

100m3/ton produk tekstil

Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.

Gambar 1. Limbah Cair Industri tekstil

(Sumber: https://blogs.uajy.ac.id/ivann/2016/08/20/dibalik-warna-indah-kain-batik/)

Sumber Limbah Industri

Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amonia yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu.

Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran, antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.

Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan).Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).

Karakteristik Air Limbah Industri Tekstil:

Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :

a. Total Solid (TS): Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupunanorganik yang larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.

b. Total Suspended Solid (TSS): Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam airlimbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.

c. Warna.: Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.

d. Kekeruhan: Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.

e. Temperatur: Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.

f. Bau: Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.

2. Karateristik Kimia

a. Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air

b. Chemical Oxygen Demand (COD)

Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).

c. Dissolved Oxygen (DO)

adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.

Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.

Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.

Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian).

g. Derajat keasaman (pH)

pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Phnormal untuk kehidupan air adalah 6–8.

Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :

1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.

2. Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li, Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.

3. Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton. Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.

Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu. Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran.  Dengan pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat mengurangi bahan pencemar.

Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.DiIndonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.

PT  Sumber Aneka Karya Abadi sebagai salah satu distributor alat laboratorium menyediakan alat-alat untuk mengukur parameter yang dibutuhkan Industri Tekstil dalam pengontrolan limbah cairnya.

Karena karakteristik limbah cair industri tekstil yang beragam seperti mengandung senyawa organik, sulfida dan logam berat, maka diperlukan elektroda yang memiliki performance tinggi di segala macam sampel seperti Thermo Scientific Orion 8172BNWP. Sedangkan untuk meter pengukur pH dapat digunakan Thermo Scientific Orion “VERSA STAR VSTAR90” Multiparameter Benchtop Meter.

BOD Sensor System 6 dari VELP atau BOD Trak II dari HACH dapat digunakan untuk mengukur nilai BOD berdasarkan metode manometrik.

Gambar 4. BOD Sensor System 6 Velp

Gambar 5. BODTrak II Apparatus

3. COD, Fenol Total, Amonia Total, Krom Total dan Sulfida

Hach DRB200 dapat digunakan sebagai reaktor untuk membantu analisa COD pada limbah industri tekstil. Untuk reaktor DRB200 ini tersedia single block maupun dual block. Kemudian untuk mengukur nilai COD beserta Fenol Total, Krom Total, Amonia Total dan Sulfida dapat digunakan spektrofotometer HACH (DR1900, DR3900 atau DR6000).

Gambar 6. DRB200 Single Block

Gambar 7. DRB200 Dual Block

Gambar 8. DR1900 Portable SPectrophotometer

Gambar 9. DR3900 Laboratory Vis Spectrophotometer

Gambar 10. DR6000 UV-VIS Spectrophotometer

Dwioktavia., 2011, Pengolahan Limbah Industri Tekstil.  https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/.

Habibi, Islam. 2012. TINJAUAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL PT. SUKUN TEKSTIL KUDUS. SKRIPSI. Universitas Negeri Yogyakarta.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .

http://www.in.dirtwave.com/inggris-tertarik-pada-usaha-baru-dalam-industri-tekstil-dan-garmen/

Kel 5 Limbah Industri Tekstil

Semua pasti tahu, jika limbah tidak baik untuk kesehatan dan lingkungan. Sebab, limbah mempunyai senyawa berbahaya yang berdampak negatif bagi makhluk hidup, salah satunya limbah B3.

Limbah B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun adalah jenis limbah yang dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan jika tidak dikelola dengan benar.

Umumnya, jenis limbah ini mengandung zat-zat kimia berbahaya dan beracun yang dapat merusak tanah, air, udara dan mencemari lingkungan.

Limbah ini sangat berbahaya karena mengandung bahan-bahan kimia beracun seperti logam berat, senyawa organik, bahan kimia medis, pestisida, dan zat-zat berbahaya lainnya.

Oleh karena itu, pengelolaan limbah ini sangat penting supaya bisa menghindari dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.

Melalui artikel ini, akan memberikan informasi secara detail tentang limbah B3, karakteristik, hingga cara pengelolaannya.

Yuk, simak pembahasannya sampai selesai, ya!

Dilansir dari laman Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, limbah B3 merupakan sisa hasil dari aktivitas atau usaha yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jenis limbah ini dapat berasal dari sektor industri, pariwisata, pelayanan kesehatan, dan juga rumah tangga.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 mengatur tentang bagaimana cara pengelolaan limbah B3, termasuk daftar lengkap limbah dari berbagai sumber seperti limbah dari sumber yang tidak spesifik, sumber yang spesifik, kadaluwarsa, tumpah, tidak memenuhi spesifikasi produk, dan bekas kemasan.

Melalui aturan tersebut, terdapat ketentuan tentang cara penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun yang jelas.

Singkatnya, limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh kegiatan industri. Limbah ini dapat mencakup berbagai jenis bahan kimia, seperti logam berat, pestisida, asam, dan bahan berbahaya lainnya.

Penghasilan limbah bahan berbahaya dan beracun dari industri sangatlah signifikan, karena aktivitas industri merupakan salah satu penyebab utama pencemaran lingkungan di seluruh dunia.

Baca Juga: Pengertian Limbah, Karakteristik, Jenis & Cara Daur Ulang

Menyebabkan gangguan pernapasan dan pencernaan

Limbah beracun ini tidak hanya berdampak pada binatang dan tumbuhan saja, tetapi juga bagi kesehatan manusia. Sebab, jika manusia mengkonsumsi air tanah yang mengandung limbah B3, maka dapat mengganggu sistem pencernaan manusia.

Kemudian, limbah ini juga mudah tercemar melalui udara. Misalnya, lampu TL yang mengeluarkan partikel merkuri beracun saat pecah. Ketika manusia menghirup partikel udara ini dapat mengganggu saluran pernapasan.

Dilansir dari laman portal resmi Kabupaten Bogor, untuk memproses limbah jenis bahan berbahaya dan beracun, ada beberapa metode yang dapat digunakan, seperti metode termal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, dan biologi.

Metode-metode bisa memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan dan menghasilkan limbah yang bersih.

Metode termal adalah proses pengolahan limbah bahah berbahaya dan beracun dengan menggunakan panas. Dalam proses ini, limbah dipanaskan pada suhu yang tinggi untuk mengubah komponen berbahaya menjadi komponen yang aman dan tidak berbahaya.

Penggunaan metode ini, biasanya untuk mengolah limbah padat atau cair yang mengandung bahan kimia berbahaya.